Sarkastik dalam Buku Anak Berjudul Matilda dan Fortunately the Milk

Naya diberi tugas oleh Bunda dan Om Mimo untuk membaca lagi buku-buku anak yang Naya punya. Naya harus membacanya lebih teliti dan menganalisa buku tersebut. Bahasa kerennya, analisis wacana. Setiap minggu, Naya harus mempresentasikan hasilnya pada Bunda dan Om Mimo. Naya juga harus menuliskan temuan Naya itu. Kata Bunda, biar bisa dibaca banyak orang. Jadi lebih bermanfaat. Minggu ini, Naya selesai membaca dua buku, Matilda karya Roald Dahl, dan Fortunately the Milk karya Neil Gaiman. Naya memberi judul materi presentasi Naya, Sarkastik dalam Buku Anak Berjudul Matilda dan Fortunately the Milk.

Naya pikir, pembaca buku anak pasti sudah kenal Roald Dahl dan Neil Gaiman. Dua orang penulis itu, telah banyak menulis buku anak-anak, terutama Roald Dahl. Naya pernah membaca, jika Roald Dahl salah satu penulis buku anak populer di dunia. Naya akan membahas Roald Dahl dan bukunya terlebih dahulu. Setelahnya, Naya akan membahas Neil Gaiman dan bukunya.

Roald Dahl dilahirkan di Inggris tanggal 13 September 1916. Roald Dahl dikenal sebagai salah satu penulis cerita anak terbaik sepanjang masa. Buku anak karya Roald Dahl banyak sekali seperti, Matilda, Charlie and The Chocolate Factory, The BFG, The Witches, Danny The Champion of The World, Charlie and the Great Glass Elevator, dan masih banyak lagi. Tetapi buku Roald Dahl yang akan Naya bahas kali ini berjudul, Matilda.

Matilda adalah buku Roald Dahl yang paling terkenal di dunia. Matilda pertama kali diterbitkan tahun 1988. Matilda juga ada versi audio book yang dibacakan oleh Kate Winslet. Naya pikir, tidak ada anak yang tidak tahu tokoh bernama Matilda, Mr. dan Mrs. Wormwood yang bodoh, atau Miss. Trunchbull yang galak. Jika kamu tidak mengetahuinya, sekarang juga kamu harus bilang ayah dan ibumu untuk membelikanmu buku Matilda ini. Buku Matilda  pernah memenangkan Children’s Book Award tidak lama setelah diterbitkan. Bahkan pada tahun 2012, buku Matilda mendapat peringkat 30 dalam survei daftar novel anak yang dilakukan School Library Journal. Psst, ada empat buku Roald Dahl lainnya yang masuk daftar 100 teratas novel anak terbaik sepanjang masa ini, lho!

Tapi ketika kamu membaca buku Matilda ini, kamu jangan kaget jika menemukan banyak sekali kalimat sarkastik. Terutama yang diucapkan Miss. Trunchbull. Oh ya, kamu sudah tahu apa itu kata sarkastik? Jika di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ditemukan kata sarkasme . Setelah Naya cari, Naya pikir sarkasme dan sarkastik artinya sangat mirip yaitu, penggunaan kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang lain; cemoohan atau ejeken kasar. Biasanya diarahkan kepada seseorang karena emosi yang dialaminya. Tujuan akhir dari sarkastik adalah untuk menyakiti hati seseorang.

Naya menemukan banyak sekali kalimat sarkastik di dalam buku Matilda. Naya akan membahas beberapa saja kalimat sarkas yang Naya temukan. Pertama, ‘Fiona memiliki kecantikan dingin seperti gunung es, tetapi tidak seperti gunung es, dia tidak memiliki apa-apa di bawah permukaan.’ (hal.3) Menurut Naya, Roald Dahl menggunakan kalimat sarkastik yang cerdas untuk mencemooh. Roald Dahl menggunakan metafor dan sains di dalam kalimat sarkastiknya. Kalimat sarkas Roald Dahl itu tidak langsung. Orang harus mencernanya terlebih dahulu. Jika kamu tidak tahu, atau tidak pernah membaca atau tidak pernah melihat gunung es, maka kamu tidak akan mengerti kalimat sarkas Roald Dahl itu.

Tahukah kamu jika gunung es yang terlihat di permukaan itu hanya sebagian kecilnya saja, secuil saja? Di bawahnya, ada bongkahan es super super besar, tetapi tidak terlihat. Kalimat sarkastik Roald Dahl malah bilang jika Fiona tidak memiliki apa-apa di bawah permukaannya, tidak seperti gunung es. Meski dikatakan cantik sedingin es, Roald Dahl memperjelasnya cemoohannya dengan mengatakan, tidak seperti gunung es, dia tidak memiliki apa-apa di bawah permukaannya. Jadi menurut Naya, itu menjelaskan bahwa kecantikan Fiona tidak ada gunanya, karena Fiona bodoh. Fiona tidak memiliki sesuatu yang tersembunyi seperti gunung es, yang membuat kapal Titanic tenggelam.

Kalimat sarkas yang kedua adalah, ‘Miss Honey menatap perempuan montok berwajah mirip puding jeroan.’ (hal. 109). Kali ini, Roald Dahl menunjukkan kalimat sarkasnya secara langsung yang ditujukan kepada ibu Matilda, Mrs. Wormwood. Kalimat sarkas Roald Dahl tidak seperti yang pertama. Cemoohan langsung ditujukan pada Mrs. Wormwood, yang diejek terlihat sangat buruk seperti puding jeroan. Yeaaks! Apakah kamu bisa membayangkan seperti apa bentuk puding jeroan?  Menurut Naya, kalimat sarkas itu tujuannya menyindir orang yang bertubuh gendut, jelek, berantakan, seperti puding jeroan.

Kalimat sarkas yang ketiga, Berdiri sekarang juga, Belatung Kecil Jorok!’ (hal.185). Kalimat yang ini, diucapkan oleh Miss.Truncbull yang terkenal kejam dan tidak bersahabat. Roald Dahl menggunakan perumpamaan langsung untuk mengejek  anak yang joroknya minta ampun dengan belatung kecil jorok. Tentu saja hinaan itu jauh di atasnya jorok. Tahukah kamu bagaimana belatung muncul? Bangkai atau sampah yang berbau busuk akan menarik perhatian lalat, kutu, atau kumbang. Mereka lalu menyimpan telurnya di tempat berbau busuk tadi. Telur akan menetas dan menjadi belatung. Kata belatung, sudah berarti jorok. Apa jadinya jika menjadi belatung kecil jorok?

Sebenarnya sangat banyak kalimat sarkas yang ada di buku Matilda. Naya tidak mungkin menuliskan semuanya. Kesimpulan Naya, Roald Dahl tidak sungkan-sungkan menggunakan kalimat sarkastik di bukunya. Menurut Roald Dahl, kalimat sarkastik bukan permasalahan besar bagi anak anak. Roald Dahl berpikir tidak seperti orangtua yang terlalu membatasi apa saja yang boleh dibaca oleh anak-anak mereka. Menurut Naya, tidak ada yang membahayakan dari kalimat sarkastik di buku Matilda. Malah Naya sering tertawa-tawa sendiri ketika membaca kalimat sarkastik itu sambil membayangkan bagaimana eskpresi tokoh di dalam cerita.

Naya pikir, di situlah istimewanya kalimat sarkastik yang ditulis Roald Dahl. Roald Dahl membuat kata sarkas menjadi lucu. Mungkin karena Roald Dahl selalu meletakkan kalimat sarkas itu dengan tepat. Roald Dahl juga mendeskripsikan ekspresi atau kejadian ketika kalimat sarkas itu muncul dengan sangat detail dan lucu. Lagian, memangnya ada anak-anak yang benar-benar tidak suka mencemooh? Ah, itu tidak masuk akal. Naya suka buku Matilda meski banyak kalimat sarkastiknya karena menurut Naya, Roald Dahl mendeskripsikan dunia anak-anak itu apa adanya. Tidak seperti buku-buku anak lainnya. Naya pikir, mereka terlalu dibuat-buat dan mengada-ada.

Roald Dahl sebenarnya tidak suka pembullyan. Mungkin karena itu dia menggunakan kalimat sarkastik, biar anak-anak bisa belajar. Lagian, kalimat sarkas di buku Roald Dahl lebih sering diucapkan oleh orang dewasa kepada anak-anak, bukan untuk sesama anak-anak. Apakah artinya orang tua lebih suka menghina dan mengejek anak-anak? Huuh, dasar orang tua egois!

Buku kedua yang Naya bahas, Fortunately the Milk karya Neil Gaiman. Neil Gaiman lahir pada tanggal 10 November 1960. Neil Gaiman juga menulis banyak buku seperti, Coraline, Fortunately The Milk, American Gods, Stardust, Norse Mythology, dan judul lainnya. Nah, karena penelitian Naya tentang buku anak, yang Naya presentasikan buku Neil Gaiman yang berjudul, Fortunately The Milk.

Jujur saja, kata sarkas di buku Fortunately The Milk tidak banyak. Maksud Naya, dari seratus halaman, Naya hanya menemukan satu saja kalimat sarkas yang ditulis oleh Neil Gaiman. Kesimpulan Naya dari buku Neil Gaiman Fortunately the Milk adalah, buku ini mungkin dianggap orangtua sebagai buku yang ramah anak dan Neil Gaiman sebagai penulis yang sangat sopan. Neil Gaiman selalu menggunakan kalimat yang sopan. Neil Gaiman menurut Naya, tidak berani menggunakan bahasa-bahasa yang menyindir dan mengejek. Mungkin Neil Gaiman tahu apa yang ditakutkan oleh orang tua. Tapi buku Fortunately the Milk memiliki petualangan yang seru dan mengasikkan. Petualangan itu tidak akan kamu temukan di buku Matilda.

Jadi, perbedaan antara buku Matilda dan Fortunately The Milk terlihat jelas, terutama untuk kalimat-kalimat sarkas.  Neil Gaiman jauh lebih sopan dibanding Roald Dahl. Apakah itu karena Roald Dahl penulis jadul dan Neil Gaiman penulis masa kini? Entah kenapa, orang-orang  dulu menurut Naya, lebih memberi kebebasan kepada anak-anak untuk melakukan banyak hal. Naya menyimpulkannya dari buku yang Naya baca dan dari cerita Bunda dan Om Mimo. Sementara, penulis masa kini hampir sama dengan orang tua masa kini, terlalu suka membatasi anak-anak. Anak-anak tidak boleh begini atau begitu. Kata mereka, tidak baik. Andai saja semua ini adalah sebuah keterbalikan.

Oh ya, jika kalian bertanya buku yang mana yang paling menarik, Naya akan menjawab Matilda. Alasan Naya,  tentu saja karena Roald Dahl membuat kalimat sarkas menjadi lelucon sehingga ceritanya menjadi sangat lucu. Lagipula, Roald Dahl lebih jujur daripada Neil Gaiman dalam menggambarkan dunia anak-anak. Tetapi dari petualangannya, Naya lebih memilih Fortunately The Milk. Neil Gaiman memiliki petualangan yang seru dan menegangkan, hasil imajinasi seorang ayah pembual yang baru pulang membeli susu, pada anak-anaknyaj. Matilda tidak memiliki petualangan itu, cerita di buku Matilda terlalu biasa saja. Kalau kamu, lebih suka yang mana?

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: