/5/
Ibuku sangat suka film perang, hampir semuanya tentang perang dunia kedua. Beberapa kali aku diajak menyaksikan kisah yang kejam itu. Kalian tahu, setiap menonton ibu selalu memaki dan menangis di akhir film. Aku juga jadi ikut-ikutan geram dan sedih. Apalagi ketika anak-anak kecil Yahudi yang berpisah dari keluarganya, aku langsung memeluk ibu saat itu juga. Kau harus ingat sejarahnya, Nak, supaya kau tidak bernasib seperti mereka. Bisa saja suatu hari nanti kita mengalaminya, kata ibuku. Aku jadi merinding mendengarnya. Sebelum tidur ibu juga bercerita yang lain. Dan ternyata ada juga yang sadis seperti Hitler di setiap negara. Ada Lenin di Rusia, Mao Zedong di Cina, Osama bin Laden di Arab, dan Soeharto. Nama-nama itu membuatku sesak napas. Tapi untunglah mereka sudah jadi hantu sekarang.
Aku tidak tahu seseram apa hantu yang menakuti Pakuik. Apa pernah dia melihat mukanya, atau mendengar suaranya? Menurutku itu cuma dari mulut orang dewasa saja. Tapi seandainya hantu Hitler itu muncul di depan Pakuik, pasti dia tidak tahu dan malah tertawa melihat kumis iritnya yang mirip Chaplin. Eh, tunggu dulu, apa Pakuik juga tahu si pelawak bisu itu? Ah, itu mustahil, dia cuma tahu nama-nama jajanan saja. Setiap ketemu, selalu saja ada jajanan di tangan dan mulutnya yang belepotan karena cokelat donat, permen gulali, dan es krim. Tak bisa semuanya kusebutkan. Pokoknya jajanan apa saja yang lewat di depan rumahnya atau di sekolah pasti membuat dia telan-telan ludah.
Begitulah Pakuik, si penakut dan si rakus jajan. Ah, tidak terbayang kalau perang muncul. Dan Pakuik adalah anak pertama yang akan lenyap. Maksudku, dia punya seribu langkah untuk menghilang. Ya, hanya itu satu-satunya keahlian dia. Karena saat dia takut di situlah otaknya bekerja. Kami pernah bermain permainan Cari-Sembunyi, dan Pakuik selalu membuat kami mati bosan mencarinya. Dia bisa persis seperti bunglon, nyangkut di pohon mangga Pak Ubon dan tertidur seharian, atau seperti tikus yang betah berondok di sudut-sudut rumah kalian meski berkali-kali diusir hus.. hus.. hus.. Jadi sudah jelas kalau prajurit kejam itu pun bakal kecapekan, dibentak-bentak, bahkan sampai babak-belur oleh Komandannya karena tidak becus menangkap satu anak saja.
Aku tertawa sendiri membayangkan muka bodoh prajurit itu. Mereka tidak tahu apa kelemahannya Pakuik. Padahal gampang sekali menaklukkan Pakuik, cukup berpura-pura saja jadi pedagang es keliling. Tapi semoga perang itu tidak terjadi selamanya. Aku tidak akan sanggup melihat Pina menderita, setiap pagi dia akan dimarahi karena sering pipis di celana. Apalagi Ledor, kecerobohan dia adalah satu-satunya kesialan yang tak bisa disembuhkan. Setiap akan melakukan apapun, bumi ini serasa gempa menurutnya, dan barang-barang yang dipegangnya bertumpahan ke lantai. Tapi apa mungkin masih ada yang akan tertawa karena kesalahan Ledor selama perang berlangsung? Kalian pikir-pikirlah sendiri. (NS)
Leave a Reply