DI BANGKU SEKOLAH
Sekolah itu tidak menarik
hanya duduk dan belajar
itu saja, tak menarik,
tak ada. Jika terus seperti itu
otak terbebani. Seperti filsuf
penyair, cerpenis, esais,
ada waktu menulis, membaca
dan bermain. Di sekolah ada
waktu istirahat, tapi belum cukup.
Anak-anak seperti orangtua yang
dipaksa belajar. Soal-soal berada
di atas kepala, berputar-putar,
membuat kami bekerja keras
memecahkannya. Anak-anak
bingung seperti seorang yang
tak tahu apa yang harus dikerjakan.
Seratus berada di depan mata.
Anak-anak gembira. Mengapa?
Apakah 100 tiket menonton
di bioskop? Apakah 100 sekeranjang
permen lolipop? Apakah 100 kado
istimewa saat ulang tahun?
Atau 100 hanya pujian dari orang dewasa?
2017
————————————————————————————————————————————
PAGI DI SEKOLAH
Pagi cerah, bel berbunyi
anak-anak masuk lapangan.
Teman-temanku, berjalan pelan
anak-anak lain berjalan di belakang.
Aku bosan berdiri terus.
Aku bosan, bosan sekali.
Aku seperti antara manusia
dan hewan di kebun binatang.
Tapi ada beberapa
momen kusuka.
Bercerita dengan teman
atau memikirkan hal-hal
seru saat istirahat nanti.
Kami masuk ke dalam kelas
duduk menunggu guru.
Itu kesempatan untuk berisik
buat kelas nampak seperti pasar
yang ramai. Tapi saat guru datang
semua menarik suara. Keadaan sunyi
senyap seperti saat subuh.
Aku tidak suka berpura-pura begitu.
2017
———————————————————————————————————————————–
MASA KECIL DI TIMOR LESTE
Jauh di Timor, anak-anak
lepas dari pegangan orang tua
berlayar ke negeri asing
meninggalkan masa kecil,
halaman gembira, wajah
marah ibu, rok di lemari.
Suara tangis memenuhi Dili
ketika kapal pergi membawa mereka
melupakan orang tua, tempat tinggal,
dan semua yang dulu berada dalam ingatan.
Mereka dibawa pergi sebagai
tanda kemenangan perang.
Gadis kecil tak ingin
meninggalkan keluarga.
Ia ingin tetap bersama ibunya,
makan masakan ibu, dipeluk ibu,
dicium ibu, bermain di halaman rumah.
Tapi ia mulai lupa, seperti aku mulai lupa
teman baikku pergi dan tak bertemu lagi.
2017
—————————————————————————————————————————————–
SAAT DITINGGAL IBU
Ibu bicara, aku dengarkan.
Kabar sedih memenuhi kepalaku.
Ibu pergi, air mata memenuhi
pipiku, tumpah dari wadahnya.
Terdengar suara kereta bergerak
cepat seperti ular lapar. Ibu pergi,
bukan untuk bermain-main, bukan
untuk berlibur. Ibu pergi belajar.
Jika tidak lulus, ibu harus bayar
uang pada negara. Jika tidak, ibu
bisa dipenjara. Aku ingin ibu cepat
lulus dan ibu pasti lulus. Jika tak
ada ibu, aku sedih tak terhingga.
Anak-anak gembira tak ditinggal orang tua.
Jika yang kuberi ini buat ia gembira
aku akan berterimakasih sebanyaknya
seperti radio yang tak mau diam.
Jangan menangis, kata ibu.
Aku tetap menangis.
Tak tahu mengapa, aku mengkhawatirkannya.
2017
—————————————————————————————————————————————
KATA IBU, SEKOLAH MENYENANGKAN
Aku sudah bilang, aku tidak ingin sekolah.
Tapi kata Ibu, sekolah menyenangkan.
Aku akan bertemu banyak teman, banyak permainan seru.
Di sana, ada bapak dan ibu guru. Mereka hebat berpetualang,
aku pasti suka. Tapi aku tidak sepakat dengannya.
Ibu berkata lagi, ada perpustakaan sekolah.
Saat aku bosan, aku boleh baca semua koleksi
di sana dan memiliki kartu seperti punya ibu.
Itu bukan mauku.
Aku ingin di rumah,
tetap bersama ibu,
menemaninya mengerjakan apa saja.
Aku katakan padanya, aku tidak mau sekolah,
tidak mau mengabaikan buku-bukuku,
tidak mau membiarkan alat lukisku,
tidak mau mainan-mainanku kesepian.
Tapi ibu bilang, aku harus sekolah.
Ibu dulu punya banyak teman sekolah,
memainkan permainan-permainan baru,
mendengar gurunya yang suka bercerita
memberi teka-teki yang tak diduga.
Sebaiknya aku sekolah, kata ibu.
Di sekolah, meski teman-teman lain
menjahili Ibu, ia tidak diam. Ia balik
membalas. Berkelahi di sekolah, itu
biasa, kata Ibu. mendapat sangsi juga biasa.
Semua itu menyenangkan.
Aku akan mempertimbangkannya, bu.
2018
—————————————————————————————————————————————–
MAHKLUK KELAS DUA
Menurutmu perempuan bawahan
laki-laki, makhluk kelas dua?
Namun Aspasia dan Hypatia tidak.
Kaum wanita diperlakukan
seperti budak, atau mereka
memang budak?
Seorang ayah malu
memiliki anak perempuan.
Aspasia kecil dikirim
ke pangkuan kuil Aprodhite
tapi elang emas itu terbang
tinggi menuju kota pengetahuan
bertemu Socrates dan Plato.
Hypatia membuka pintu
rumahnya jadi arena belajar.
Aspasia kupu-kupu malam
bagi kaum laki-laki.
Agama muncul, Hypatia disiksa
menggunakan batu.
Aspasia sudah pergi
jauh dari bumi.
pengetahuan mereka dibakar,
dihapus dari sejarah.
Tapi mereka
Tetap akan abadi.
2017
Leave a Reply