Suara dari Dapur, Cerita Pendek Abinaya di harian Media Indonesia.

20374470_834565303373157_8638956758681763273_n

Dimuat pada harian Media Indonesia, Minggu, 30 Juli 2017

 

Seorang Ibu sangat ketakutan. Ia sering mendengar suara-suara aneh dari dapurnya. Setiap menuang air ke teko atau ketika mengaduk adonan kue, si Ibu selalu mendengar bunyi seperti anak-anak yang menangis kesakitan. Mulanya si Ibu sangat ketakutan hingga tidak mau lagi masuk ke dapur. Tapi jika Ia tidak memasak air atau membuat kue, ia akan kehausan dan kelaparan.
Akhirnya si Ibu memberanikan diri mencari tahu asal suara tersebut.

Suatu hari, ketika si Ibu menuang air yang telah mendidih ke teko keramik miliknya, Ia kembali mendengar suara, ‘Hu…huuuuu…huuuu’.

“Siapa itu? Tunjukkan wajahmu, aku tidak takut!” teriak si Ibu sambil mengambil sendok nasi di meja untuk dijadikan senjata.
“Ibu, ini aku…., Teki, Bu!”
Si Ibu kaget dan mencari asal suara.
“Aku di sini, Bu. Aku kepanasan!” kata suara itu.
Si Ibu semakin kaget ketika tahu bahwa suara tersebut berasal dari teko keramik miliknya. Teko itu selalu ia gunakan untuk menyimpan teh panas kesukaannya.

“Ibu, ini aku, Ringa” tiba-tiba Ibu mendengar suara lain lagi dari lemari penyimpan piring.
Si Ibu lalu mengambil teko dan piring yang bisa bersuara tersebut. Ia bahagia karena akhirnya dua anaknya: Teki dan Ringa yang dikutuk oleh penyihir jahat kembali lagi ke rumah. Tapi ia juga sedih karena anaknya Teki menjadi teko teh yang tiap hari diisi air panas, dan Ringa jadi piring tempat ia biasa menyusun banyak kue untuk para tamu.

“kami kesakitan, Bu karena setiap hari selalu diisi air panas dan dipenuhi kue-kue yang enak itu”ucap mereka bersamaan.
“Baiklah, mulai sekarang aku tidak akan lagi mengisimu, Teki, dengan air panas dan tidak lagi menyusun banyak kue di tubuhmu, Ringa” jawab si Ibu, “tapi kalian harus berjanji, kalian tidak boleh bersuara ketika ada tamu. Nanti mereka semua lari ketakutan”
“Baik, Bu” jawab Teki dan Ringa.

Mulai hari itu, Teki dan Ringa dipindahkan si Ibu ke ruang tengah. Dan Ibu tidak lagi mendengar suara-suara dari dapur.

***

Pagi itu, si Ibu sangat gelisah. Ia mondar-mandir di ruang tengah tempat Teki dan Ringa disimpan. Sudah dua hari Teki dan Ringa tidak bersuara. Ibu pikir mereka hanya bercanda. Tapi Ibu sangat cemas.

 

Ia mencuci piring dan teko tersebut, mengelap, hingga mengajaknya bicara berkali-kali. Tapi Teki dan Ringa tetap bungkam. Si Ibu juga mengisi teko dengan air mendidih atau menumpuk banyak kue di piring agar mereka berteriak , tetapi tidak terdengar suara apapun.
Tiba-tiba si Ibu mendengar bisikan di telinganya.

“Ibu, undanglah teman-teman Ibu ke rumah. Ceritakan pada mereka mengenai kami yang telah disihir menjadi piring dan teko. Jika tamu Ibu percaya, maka kutukan kami akan hilang”

Siang itu, Ibu memasak banyak makanan. Ia mengundang banyak tamu untuk minum teh dan makan kue buatannya yang terkenal sangat lezat. Tapi si Ibu khawatir sebab jika tidak ada yang mempercayai ucapannya, maka kedua anaknya akan menjadi piring dan teko selamanya.
Tamu sudah datang. Mereka memakan dan memuji kue buatan Ibu. Ibu berdiri, lalu bicara sambil memegang Teki dan Ringa di tangannya. Ibu mulai bercerita mengenai penyihir yang mengubah Teki dan Ringa yang sekarang sedang dipegang si Ibu.
Semua tamu kaget. Mereka saling berbisik. Beberapa orang meninggalkan rumah si Ibu dan mengatakan bahwa si Ibu sudah gila karena kewalahan menghadapi anak-anaknya. Si Ibu sangat kecewa sekali. Ibu cemas anaknya tidak akan pernah berubah menjadi manusia lagi.
Tiba-tiba empat orang tamu menghampiri si Ibu.

“kasihan sekali, semoga Teki dan Ringa bisa cepat terlepas dari sihir. Apa yang bisa kami lakukan untuk membantumu?”
Si Ibu menggeleng. Ia menangis sedih membayangkan anak-anaknya yang tidak akan pernah berubah menjadi manusia lagi. Tiba terdengar suara.

“blooop”, “bloooop”, “bloooooop”. Muncul sepasang tangan di teko yang dipegang Ibu, juga pada piring persolen. Lalu muncul sepasang mata, hidung, mulut. Ibu dan empat tamu menanti dengan cemas. Teki dan Ringa akhirnya kembali menjadi manusia berkat bantuan empat orang tamu, teman Ibu, yang mempercayai cerita ibu.

2016

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: