
Lukisan Cat Air di Atas Kertas
Ia bersama tiga sahabat kentalnya hendak berangkat ke suatu pulau. Dan pulau yang ditentukan berdasarkan permainan undi melalui cara humpimpa. Apabila terpilih, lantas masing-masing urutan pun disesuaikan dengan kesenangan mengenai tempat-tempat yang diimpikan selama ini. Dan pulau Komodo mengawali tamasya mereka sebab ia mendapatkan kesempatan pertama sebagai pemenang.
Maka ia pula yang memutuskan kendaraan apa agar dapat menempuh jarak ke tempat itu. Dikerut-kerutkan keningnya sambil menempelkan telunjuk kanan di sisi pelipisnya, dan sepasang mata bergerak ke kiri kanan dan atas, seakan-akan dengan begitu maka ia bisa menemukan ide atau cara yang terkesan cemerlang seperti lazimnya dilakukan orang-orang, sampai ia mengatakan: “Aha!” Lalu ia pun peragakan sebuah bentuk untuk ditebak oleh tiga sahabatnya hingga secocok mungkin.
Dalam gilirannya Hana terlebih dulu menjawab: “Pisang raksasa!” katanya dalam suara sedikit terbata. “Salah,” balas ia segera. Lalu Rara masih terjebak dalam peragaan abtsrak itu, “Hmmm….?” Dan mendadak: “Ikan paus,” teriak Hirosi begitu lantang dan mengejutkan teman-teman lainnya, tetapi tetap tidak juga dibenarkan meskipun ia sempat canggung saat memandang airmuka Hirosi yang memesona. “No no no, Hirosi,” sambil menggoyang-goyangkan dua telapak tangannya berbarengan dengan arah berlawanan.
Dikarenakan tak ada yang dapat menaksir, maka ia pun membeberkan nama kendaraan yang akan mereka tumpangi itu. “Perahu,” tukasnya seiring membuang muka dan melipat tangan di dada. Lalu tiga sahabatnya pun mendayung laksana ia bagai seorang Tuan kapal yang memimpin pelayaran dalam mengarungi samudera. “Bentangkan layar!”
Di tengah laut pun mulai berombak pelan hingga mengguncang, digayuti awan hitam yang tebal, bersabung petir, dan hujan angin yang mengombang-ambingkan perahu. Sehingga mereka hanya bisa menjerit-jerit menangis dalam pelukan. Tapi Hirosi tak secengeng ia kira, yang terus mendayung dan menguras air dari dalam perahu secara bergantian. Maka ia hanya tersipu-sipu sendiri melihat kegigihan Hirosi menantang badai besar itu, walau dua teman perempuannya sudah tersapu gelombang dan ditelan lenyap dari permukaan laut.
Tinggallah ia dan Hirosi berdua, bersama rasa kabung di dalam hati mereka seusai badai dahsyat itu reda. Lalu akhirnya mereka sampai di pulau Komodo. Namun di tepi pantai gemerisik ombak yang maju-mundur dengan bunyi remasan pada pasir, juga bau udara garam menghidu, mereka tiba-tiba dikepung sekawanan komodo yang muncul dari arah manapun.
#bersambung…
*Adaptasi dari cerita petualangan Naya
Leave a Reply